Perlunya Belajar Aktif di Kelas

Lebih dari 2400 an tahun silam, Konfusius menyatakan:
Yang saya dengar, saya lupa
Yang saya lihat, saya ingat
Yang saya kerjakan, saya Pahami.
Tiga pernyataan diatas patut dijadikan sebagai alasan mengapa begitu perlunya belajar aktif.
Nah dalam kesempatan kali ini, saya akan mencoba menjelaskan mengapa perlu untuk membuat anak-anak didik kita belajar aktifi dikelasnya. Namun, sebelumnya saya ingin menjabarkan tiga pernyataan di atas agar lebih spesifik lagi.
Yang saya dengar, saya lupa
Yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat
Yang saya dengar, lihat dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai memahami
Yang saya dengar, lihat, bahas dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan
Yang saya ajarkan kepada orang lain saya kuasai.

Mengapa saya jabarkan menjadi seperti itu?

Perlunya Belajar Aktif di sekolah
Ada sejumlah alasan mengapa sebagian orang cenderung lupa dengan apa yang mereka dengar. Salah satu alasan yang paling menarik ada kaitannya dengan tingkat kecepatan bicara guru dan tingkat ketepatan pendengaran siswa.

Pada umumnya guru berbicara dengan kecepatan 100 hingga 200 kata permenit. Tapi berapa banyak kata yang bisa ditangkap dan diserap oleh siswa dalam permenitnya? ini juga tentu sangat berpengaruh dengan cara mereka mendengarkannya. Namun, ada beberapa orang yang menyebutkan bahwa rata-rata siswa saat berkonsentrasi mendengarkan, mereka hanya mampu menyerap sekitar 50 sampai 100 kata saja permenit atau sekitar separoh dari apa yang guru ucapkan. Hal ini dikarenakan siswa juga berpikir banyak dan mencerna apa yang guru bicarakan. apalagi jika gurunya yang cerewet yang kalau berbicara nyerocos seperti kaleng yang diisi batu kerikil kemudian digoncang-goncangkan dengan keras. Bisa anda bayangkan apa yang anda rasakan jika semua guru-guru anda seperti itu.

Besar kemungkinan siswa tidak akan bisa berkonsentrasi dengan baik, karena sekalipun materinya menarik, berkonsentrasi dalam jangka yang lama memang bukan berpakara yang mudah ditambah lagi dengan gurunya yang seperti itu.

Bahkan menurut penelitian yang dilakukan oleh para pakar pendidikan yang terkenal didalam gerakan pendidikan kooperatif, yakni David dan Roger Johnson bersama Karl Smith, mengemukakan beberapa persoalan berkenaan dengan perkuliahan yang berkepanjangan bahwa :

- Perhatian Mahasiswa menurun seiring berlalunya waktu
- Cara kuliah seperti ini (Ceramah ) hanya menarik bagi peserta didik auditori
- Cara ini cenderung mengakibatkan kurangnya proses belajar tentang informasi aktual
- Cara ini mengasumsikan bahwa mahasiswa memerlukan informasi yang sama dengan -- langkah penyampaian yang sama pula
- Mahasiswa cenderung tidak menyukainya
Dengan menambahkan media Visual pada pemberian pembelajaran, ingatan akan meningkat 14 hingga 38 persen (dalam Pike, 1989). Ketika pengajaran memiliki dimensi auditori dan visual, pesan yang disampaikan akan menjadi lebih kuat. Dengan menggunakan kedua dimensi ini kita memiliki peluang yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan dari beberapa tipe siswa. Namun, demikan belajar tidaklah cukup dengan mendengarkan atau melihat sesuatu. Oleh karena itu seyogya nya belajar sudah harus menggunakan konsep Active Learning (belajar aktif).

Bagaimana cara menerepkan konsep belajar aktif didalam kelas? Banyak caranya. dan untuk mengenai caranya, akan saya bahas pada kesempatan yang lain. Untuk saat ini sekian dulu penjelasan mengapa perlunya menerapkan Belajar Aktif dikelas.

ArRahim

Terlahir untuk mengekspresikan, bukan untuk membuat terkesan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama